popular Post

Wisata Kuliner di Yogyakarta

Gudeg, seseorang yang mendengar kata gudeg mungkin langsung berpikiran tentang makanan atau pun sebuah kota. Ya, banyak orang pasti b...

Monday, February 15, 2016

Resiliensi Korban Erupsi Merapi

Indonesia merupakan negara dengan intensitas bencana yang cukup tinggi menyebabkan di beberapa wilayah di indonesia sering terjadi bencana, seperti banjir, gempa bumi, tsunami, angin puting beliung, gunung meletus, tanah longsor dan kebakaran hutan. Berbagai bencana yang terjadi di indonesia ada yang tergolong sebagai bencana lokal, nasional, bahkan internasional. Seperti bencana gempa bumi yang disusul tsunami tahun 2004 di Nanggroe aceh darussalam yang merupakan bencana internasional karena cakupan bencana ini  menimpa sebagian besar negara di dunia. Banyak faktor yang menyebabkan negara tercinta kita ini sering dilanda bencana alam, salah satunya adalah letak indonesia yang diapit dua benua, australia dan asia, curah hujan, dan juga karena indonesia berada di jalur gunung berapi aktif dunia atau ring of fire.



Indonesia merupakan  negara dengan gunung api terbanyak di dunia, lempeng eurasia, lempeng pasifik dan lempeng indo-australia yang aktif yang menyebabkan munculnya gunung berapi di indonesia. Sebagai contoh gunung berapi yang berada di pulau jawa, di pulau jawa terdapat beberapa gunung berapi yang masih aktif salah satunya adalah gunung Merapi yang berada di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah ini.


Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi teraktif di indonesia, gunung ini terakhir meletus pada 5 nopember 2010, bumbungan debu yang dilontarkan Merapi pada saat erupsi ini setinggi 1000 meter diatas puncak. Erupsi Merapi sering kali memakan korban, seperti yang terjadi pada tanggal 26 oktober 2010 sebanyak 275 orang meninggal dan rawat inap sebanyak 576 orang pada peristiwa ini. Selain dampak korban jiwa, letusan Merapi juga mengakibatkan kerugian dan kerusakan di bidang ekonomi mencapai Rp 2.141.437.930.000. Pada erupsi 26 oktober 2010 salah satu daerah yang mengalami dampak paling parah adalah dusun Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Dusun ini berada di lereng Merapi bagian selatan, daerah yang menjadi jalur dari luncuran awan panas atau wedhus gembel semburan dari erupsi Merapi. Dusun ini merupakan tempat dimana Mbah Maridjan tinggal, beliau adalah tokoh masyarakat di dusun Kinahrejo sekaligus sebagai juru kunci Merapi.



Kondisi masyarakat sebelum terjadinya erupsi Merapi tahun 2010 yaitu masyarakat yang hidup berdampingan dengan alam disekitarnya, mata pencaharian warga sehari-hari salah satunya adalah mengolah hasil bumi dan memelihara hewan ternak. Dengan kesuburan tanah dan hasil bumi yang melimpah, hal ini mampu menopang kehidupan mereka menjadi sebuah desa atau dusun yang mandiri dan sejahtera. Pada saat Merapi erupsi tahun 2010 dusun kinahrejo yang notabene merupakan desa terdekat dengan puncak merapi luluh lantak diterjang awan panas akibat erupsi ini, tak ayal peristiwa ini mengakibatkan dusun kinahrejo mengalami kerugian besar, baik itu materiil maupun non materiil. Setelah erupsi merapi meluluh lantahkan dusun kinahrejo, warga kehilangan sanak saudara, tempat tinggal, ladang, hewan ternak mereka serta harta benda lainnya yang berharga. Hal ini menuntut masyarakat untuk bangkit lagi mulai dari nol.

Pasca erupsi merapi oktober 2010, masyarakat kinahrejo direlokasi ke pengungsian Al-Qodir, lalu warga direlokasikan di Shelter di Desa Pangukrejo. Setelah kurang lebih setahun di hunian sementara warga lalu dipindahkan ke Dusun Karangkendal kelurahan Umbulharjo, Cangkringan Sleman Yogyakarta dengan terlebih dahulu membeli tanah secara swadaya dan dibangun sebuah hunian yang berjumlah 81 rumah dengan bantuan Pemprov DIY. 




No comments:

Post a Comment